Renungan ibadah minggu 17 Juli 2022

“Dunia Penuh Dengan Berkat Allah”
Mazmur 104: 10-23

104:10 Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir di antara gunung-gunung, 104:11 memberi minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; 104:12 di dekatnya diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. 104:13 Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar loteng-Mu, bumi kenyang dari buah pekerjaan-Mu. 104:14 Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah 104:15 dan anggur yang menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia. 104:16 Kenyang pohon-pohon TUHAN, pohon-pohon aras di Libanon yang ditanam-Nya, 104:17 di mana burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon-pohon sanobar; 104:18 gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. 104:19 Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya. 104:20 Apabila Engkau mendatangkan gelap, maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan. 104:21 Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah. 104:22 Apabila matahari terbit, berkumpullah semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; 104:23 manusiapun keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang.

Sejak semula, Tuhan sudah menyatakan bahwa apa yang diciptakanNya semuanya amat baik. Manusia dalam menjalani hidupnya sangat banyak bergantung pada keadaan alam, sebab semua kebutuhan manusia, juga makhluk-makhluk lainnya, telah tersedia. Dengan demikian, menjaga kelestarian alam memang sangat penting. Tema “Dunia ini Penuh dengan berkat-berkat Tuhan” mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan manusia sudah disediakan oleh Allah melalui alam ciptannya. Dunia ini sudah sejak awal dipenuhi dengan berkat-berkat Tuhan yang dapat dinikmati oleh manusia jika manusia dapat mengolah, menjaga dan merawatnya dengan baik. (Invocasio).
Mazmur 104 secara utuh berisi mengenai pujian (doxology) terhadap Allah sebagai sang creator dunia. Penciptaan yang dilakukan Allah memberikan kesinambungan kehidupan dan memperlihatkan berbagai macam keajaiban kehidupan yang mengalir di dalamnya. Pemazmur menginventarisir hal-hal menyenangkan, menakjubkan lalu memberikan pujian kepada Allah. Situasi iklim dan aliran-aliran air yang disediakan dilihat adalah sebagai sebuah kelimpahan karunia Allah. Bumi yang dialiri air dengan baik sehingga semuanya itu (hasil bumi) di sebut sebagai kelimpahan dari Tuhan. Air yang membuat pohon-pohon tumbuh subur di perbukitan menjadi penunjang kehidupan bagi berbagai macam hewan. (ay.10-18). Disamping itu juga pemazmur menguraikan karya agung Allah dalam merancangkan waktu yang benar yang tercermin dalam susunan orbit matahari dan bulan yang menjadikan waktu siang dan malam. Allah membagi waktu siang dan malam sehingga kehidupan menjadi harmonis karena memiliki waktu setiap mahluk untuk beraktifitas. Keseluruhan dari susunan karya Allah yang agung dan luar biasa ini menunjukkan kemaha besaran Allah dan kelimpahan karya Allah dalam ciptaanNya. Inilah menjadi kebesaran dan dasar pujian-pujian yang dinaikkan bagi Allah. (ay.19-23). Allah yang dipuji oleh pemazmur tidak hanya duduk diam di surga, kehadiran Allah justru ditemukan pada karya-Nya yaitu tatanan langit dan bumi yang diciptakan teratur membawa manfaat bagi seluruh isi bumi. Tuhan tetap berkarya dan merawat kehidupan dengan mengalirkan air ke tanah yang kering sehingga menjadi semua mahluk hidup dapat hidup, menghasilkan, bahkan melengkapi persediaan makanan. Allah menciptakan dunia, mendesain dan melengkapi dunia dengan begitu mewah sehingga mahluk hidup merasa kaya tinggal di dalamnya. Maka dengan anugerah Allah manusia tidak saja menjaganya tetapi juga untuk membagikan, menebarkan atau menaburkan kebaikan-kebaikan Allah dalam hidupnya. (Bacaan).
Minggu ini adalah Minggu merdang, mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang diinginkan/ harapkan haruslah dikerjakan dengan baik. Diberkati dan mejadi berkat, itulah yang harus diupayakan oleh setiap orang percaya. Danau Galilea sangat subur termasuk diwilayah sekitarnya, dan sangat berbeda dengan Laut Mati. Apa yang membedakannya? Danau Galilea selalu mengalirkan air yang diterimanya dari Gunung Hermon, lalu dialirkan kembali ke Sungai Yordan, sehingga Danau Galilea terus-menerus menerima aliran-aliran air yang baru dan menyegarkan. Sedangkan Laut Mati, hanya menerima air saja tetapi tidak mengalirkannya lagi, sehingga di dalamnya terdapat timbunan mineral yang kadarnya sangat tinggi yang menyebabkan tidak ada satu mahluk hidup pun yang bisa tinggal di dalamnya. Renungan: Kita dipanggil untuk diberkati dan menjadi berkat, seperti Danau Galilea, subur, makmur dan penuh dengan damai sejahtera. (MG).

Warta Jemaat dapat didownload di sini