PA PERMATA 29 April 2021

Tetap Beribadah Di Tengah Musibah

Konsep Ibadah Dalam Masa Bencana

Ibrani 10: 19 – 25
Ketekunan

10:19 Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
10:20 karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
10:21 dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
10:22 Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
10:23 Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
10:24 Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Sideherilah Dibata

10:19 Dage erkiteken kematen Jesus, o senina-senina, enggo bebas kita bengket ku bas Ingan Sibadiana kal.
10:20 Enggo italangi Jesus man banta sada dalan si mbaru, sada dalan si nggeluh, arah kire-kire, e me kap kulaNa.
10:21 Lit Imam si Mbelinta; e me si jadi kepala i bas rumah Dibata.
10:22 Dage sirembakkenlah dirinta ku Dibata alu tutus ate dingen kiniteken si tetap. Alu pusuh peraten si bersih i bas penggejapen ersalah nari, bage pe alu kula si enggo ibersihken alu lau meciho, sideherilah IA.
10:23 Tetaplah si gelem pengarapen si enggo siakui, sabap tek kita maka isehken Dibata nge padanNa.
10:24 Marilah kita sisampat-sampaten gelah keke ukurta guna nehken keleng ate ras ndalanken si mehuli.
10:25 Ola kita la reh ku perpulungen, bagi si ibahan piga-piga seninanta. Tapi lebih asa si e siiah-iahenlah kita sabap sieteh maka wari Tuhan, e me wari kerehenNa, reh me.

Mazmur 118: 5

118:5 Dalam kesesakan aku telah berseru kepada TUHAN. TUHAN telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.

118:5 I bas kesusahenku erlebuh aku man TUHAN, e maka idengkehkenNa dingen ipulahiNa aku.

Agar PERMATA GBKP:

  1. Mampu menyadari kegunaan dari pertemuan-pertemuan ibadah sesuai teks
  2. Mampu tetap setia beribadah meski berada dalam musibah

Metode: Sharing

I. PENDAHULUAN

Peristiwa awal tahun lalu (2020) dapat dikategorikan sebagai peristiwa memorable, karena beberapa hal terjadi di bangsa kita. Awal tahun, tepat pada tanggal 1 Januari 2020, curah hujan yang tinggi mengakibatkan beberapa daerah di Pulau Jawa, khususnya Jakarta “diselimuti” air yang kemudian mengakibatkan banyak kehilangan dan kerugian, baik jiwa dan materi. Beberapa media massa menyebutkan bahwa banjir tersebut merupakan banjir dengan ukuran air tertinggi selama sepuluh tahun terakhir bahkan dengan lokasi genangan air terbanyak.

Ketika jejak-jejak peninggalan banjir masih ada, wabah besar bernama covid-19, melanda dunia dan Indonesia. Awal Maret 2020, sejumlah orang dinyatakan terpapar positif covid, dan angka-angka pasien terus meningkat bahkan angka kematian korban pun terus bertambah. Ada banyak kesedihan, kehilangan, isak tangis dan air mata, akibat pandemi covid-19. Banyak tenaga kesehatan (nakes) yang berjuang di garda terdepan mempertaruhkan keselamatannya bahkan harus meregang nyawa demi pemulihan para pasien yang terpapar Covid-19 Kesedihan dan kehilangan ada dimana-mana. Tidak hanya itu, pandemi covid- 19 juga berdampak pada tatanan ekonomi masyarakat dan sebagai akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu, penderitaan hidup semakin menjadi-jadi. Dalam kondisi demikian, kehidupan bergereja juga mengalami perubahan. Gedung gereja harus ditutup untuk sementara waktu dan ketika dibuka kembali, gereja harus memenuhi protokol kesehatan, dengan menjalankan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun). Gereja (termasuk GBKP) secara cepat dipaksa untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, secara khusus dalam hal penggunaan IT untuk menjaga keberlangsungan aktivitas gerejawi. Meski peristiwa di atas telah berlalu, namun dampaknya masih dapat dirasakan hingga kini. Penderitaan hidup masih ada dan berada di tengah tengah kita. Kita masih terus berjuang untuk menghindari, mengurangi, bahkan melepaskan diri dari berbagai penderitaan. Namun, realitas hidup tetap memperlihatkan adanya penderitaan.

II. ISI

Kehidupan sebagai umat Allah juga tidak terlepas dari penderitaan sebagaimana yang dituturkan dalam surat yang ditulis kepada orang-orang percaya yang berada di dalam kondisi yang berat. Meski tidak dicantumkan secara jelas siapa yang merupakan penulis dari surat tersebut, namun surat tersebut berisi tentang nasihat, bimbingan dan penghiburan dalam masa masa sulit bagi orang – orang Yahudi Kristen yang telah mengaku percaya kepada Yesus Kristus. Secara khusus, teks kita hari ini (br. 10:19-25) menekankan keteguhah hati akan pengharapan di dalam Allah. Benar bahwa mereka menghadapi tantangan, yaitu mengalami penganiayaan sehingga muncul keputusasan. Namun penulis berupaya untuk menguatkan iman mereka dengan mengingatkan bahwa pengharapan akan Allah melalui darah Yesus Kristus menjadikan mereka penuh keberanian. Penggunaan kata “darah” mengarah kepada nyawa, yaitu nyawa Yesus Kristus yang telah dikorbankan dan membuka jalan yang baru dan hidup menuju tempat yang kudus (19-20). Kata “darah” juga merujuk pada seluruh kehidupan Kristus yang merupakan teladan dan pengajaran bagi kehidupan umat sehingga berupaya terus menerus untuk semakin serupa dengan Kristus.

Pada pasal-pasal sebelumnya, penulis surat ini memang banyak menyinggung dan menjunjung tinggi Yesus Kristus yang telah menjadi koran dan Pengantara dari perjanjian yang baru dengan Allah. Dosa sudah tidak berkuasa lagi karena Kristus. Dengan begitu, mereka berani untuk masuk ke dalam tempat kudus, sehingga semakin mampu untuk hidup saling memperhatikan, saling mendorong dalam kasih, dan dalam pekerjaan baik (24). Artinya, melalui kehidupan dan pengorbanan Kristus, mereka saling meneguhkan di tengah-tengah penganiayaan.

Lebih dari itu, penulis surat ini menyadari bahwa iman harus dirawat, terutama ketika berada dalam penderitaan dan musibah. Salah satunya cara merawatnya adalah dengan tidak menjauhkan diri dari pertemuan pertemuan ibadah (25). Artinya, meski berada dalam kondisi sulit dan berat, mereka tetap mampu menjaga relasi dengan Allah dan sesama. Tidak menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah karena melalui pertemuan-pertemuan ibadah tersebut, mereka memperoleh penghiburan dan penguatan untuk terus melangkah dalam kehidupan.

Pertemuan-pertemuan ibadah adalah satu hal penting bagi pertumbuhan rohani karena ibadah mengandung unsur penyembahan dan penyerahan. Ketika beribadah, kita menyembah Allah yang telah menganugerahkan kehidupan meski ketika menjalaninya kita menjumpai berbagai tantanga, baik wabah atau musibah namun, kita juga menyerahkan pengharapan kepada Allah untuk senantiasa menolong dan menopang kita. Artinya, kala beribadah kita menyembah dan berserah secara total kepada Allah. Dalam teks ini dikatakan bahwa pertemuan – pertemuan ibadah berarti adanya persekutuan dengan yang lain. Dengan begitu, penyembahan kepada Allah dilakukan secara bersama-sama sehingga umat secara bersama-sama pula mereka memp roleh penguatan. Selain iman kepada Allah terpelihara, persekutuan yang senantiasa membangkitkan kepedulian, kepekaan, dan kebersamaan pun dapat terjalin di antara orang-orang percaya.

Oleh karena pertemuan-pertemuan ibadah adalah hal yang penting dalam upaya merawat iman, maka kita harus memiliki sikap yang tepat ketika hendak menghadap Allah. Dalam teks kita, penulis surat menyatakan bahwa menghadap Allah (beribadah) harus dengan hati yang tulus ikhlas dan dengan keyakinan iman yang teguh. Menghadap Allah bukan dengan paksaan, melainkan adanya sebuah perasan kebutuhan sehingga kita menghadap Allah dengan penuh kerendahan hati. Harus diingat bahwa ibadah adalah inisiatif Allah yang memanggil manusia menghadap kepada-Nya. Kita merespons panggilan Allah tersebut dengan menghadap dengan hati yang telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh yang telah dibasuh dengan air murni (22). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemeliharaan iman dalam kehidupan kita,

Oleh karena itu, pada bagian selanjutnya (pasal 11), penulis surat ini kemudian menyebutkan tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah bangsa Israel, yang hidup dalam iman dan keteguhan hati meski penuh tantangan. Tokoh tokoh yang bertahan karena iman dan memperoleh kasih karunia dari Allah. Dengan begitu, penulis arat ini menganjurkan para pembacanya (termasuk kita saat ini) supaya tetap setia, tabah menderita, dan tabah menanggung segala tekanan bahkan sampal akhir.

Dalam kehidupan kita ada banyak tekanan dan penderitaan, yang dapat membuat kita kehilangan arah. Namun, melalui teks bacaan hari ini, kita diingatkan untuk tetap setia dalam iman bahkan tetap mampu untuk merespons panggilan Allah untuk menghadap (beribadah) kepada-Nya.

III. APLIKASI

Jika sebagai negara, Indonesia menghadapi berbagai tantangan bahkan bencana yang menimbulkan penderitaan, maka sebagai pribadi pun kita menghadapi banyak sekali pergumulan. Sebagai PERMATA GBKP (kaula muda), kita menjumpai berbagai tantangan berat (dalam kategori tertentu, dapat kita sebut sebagai musibah dalam kehidupan pribadi). Namun, apapun situasi yang sedang kita hadapi saat ini, kita diminta tetap mampu menjaga relasi dengan Allah dan sesama. Tema kita berkata “Tetap Beribadah di Tengan Musibah”, mengingatkan bahwa hidup senantiasa penuh dengan tantangan namun harus tetap memiliki ketekunan, secara khusus dalam beribadah. Ibadah adalah cara kita bersembah sekaligus berserah secara total kepada Allah. Kita juga mengakui keterbatasan sebagai manusia untuk mengatasi segala rintangan hidup dan mengakui perlunya kasih Allah yang menganugerahkan kekuatan dan penghiburan untuk terus melangkah. Hidup tanda masalah adalah hidup yang tak bertumbuh. Oleh karena itu, kiranya tetap setia membawa semua keluh kesah kepada Allah dalam ibadah kita.

IV. SHARING

Dalam sharing, PERMATA GBKP dapat diajak untuk melihat dan mengingat pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan-penderitaan hidup. Kemudian, meminta PERMATA GBKP untuk menceritakan bagaimana kesetiaan mereka untuk tetap beribadah kepada Allah dalam segala situasinya.

V. USULAN LAGU

  1. KEE No. 360 – “Ibas Tuhan Aku Megegeh”
  2. “Walau Seribu Rebah”
  3. KEE No. 280 – “Kegʻluhen Doni Tuhan si Ngaturkensa”

Pdt. Joice Br. Sitepu, M. Th