Renungan Khotbah, Minggu 18 Oktober 2020

Ibu Yang Memberikan Kedamaian

Mazmur 131: 1 – 3
Menyerah kepada TUHAN

131:1 Nyanyian ziarah Daud. TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
131:2 Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
131:3 Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!

Ketika Daud menjadi raja, ia makmur dan terkenal, dan memiliki pasukan tempur yang hebat, namun mengapakah dia masih berkata bahwa hanya dekat Allah saja merasa tenang? Daud sudah berjuang dan mencoba berlindung kepada hal-hal yang sementara dan duniasi, semuanya fana dan kembali kepada pergumulan tanpa ujung dan pangkalnya. Daud sudah menemukan bahwa tempat terbaik untuk berteduh dan tempat temanis dalam hidupnya adalah ketika dia boleh dekat dengan Allah. Sekalipun gunung beranjak dan bukit bergoyang namun kesetiaan Tuhan tidak akan pernah beranjak, sehingga ia tetap memilih dekat dengan Allah ketimbang dekat dengan tahta bahkan harta jadi andalannya.

Daud adalah salah satu orang yang diberkati Tuhan secara luar biasa. Tuhan telah mengurapi Daud sejak masih muda, dan mulai memperkenalkannya melalui peperangan dengan Goliat, sehingga mendudukkannya sebagai seorang raja atas bangsa Israel. Sebagai orang yang dekat dengan Tuhan, maka kita tidak boleh sombong apalagi angkuh sebab setiap manısia memiliki jalan hidupnya masing-masing, Adakah kita melihat orang lain yang lebih buruk keadaannya dari kita? Itu berarti Tuhan masih memberkati kita dengan luar biasa. Ketika kita melihat orang miskin, orang sakit, orang yang kedudukamya lebih dari kita, itu berarti Tuhan sedang mengajar kita untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Kita tak dapat mengerti apa rencana-rencana Tuhan, namun disanalah kita datang berserah kepada Tuhan. Berserah berarti kita harus belajar tenang dan diam, sama seperti seorang anak yang tenang di dekat ibunya. Mungkin badai kehidupan sedang bergelora, sama seperti apa yang dialami murid-munid Yesus ketika naik perahu dan Yesus sedang tidur di perahu tersebut. Munid-mund Yesus panik dan berusaha berbuat apa saja, tetapi badai tetap ada, tetapi ketika berserah kepada Tuhan, kita hanya diam tenang, dan membiarkan Tuhan yang bekerja. Percuma kita berharap kepada apa yang kita miliki atau kepada orang lain. “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!”(Yer 17:5). Justru di saat kita sedang mengalami masalah di situ kita harus lebih berharap kepada Tuhan.

Tugas yang diberikan oleh Tuhan terkadang dimulai dengan hal-hal yang kecil dan rendah, dan ketika kita menjalankannya seringkali kita kaget karena dapat mengerjakan hal yang di luar kemampuan. Hal ini seharusnya membuat kita menjadi rendah hati dan bersyukur atas anugerah-Nya. Orang percaya seharusnya adalah orang yang rendah hati dan tidak melakukan hal yang merupakan ambisi diri, tidak mengkultuskan individu karena menyadari semuanya adalah anugerah Tuhan semata, dan semuanya hanya berfokus untuk kemuliaan nama Tuhan saja. Hari ini kita memperingati HUT Moria ke 63 tahun, ibu ditengah-tengah gereja dan masyarakat, ibu yang selalu menjadi figur teladan utama dalam membagikan cinta kasih dan imannya di tengah-tengah keluarga. Moria dingatkan bahwa dalam menjalankan setiap pelayanan dan tanggung jawab hendaklah dilakukan dengan cara dan maunya Tuhan. Hidup kita seharusnya sejalan dengan kehendak Tuhan, agenda Tuhan, bukan agenda kita sendiri,
Renungan: Kita sering bemyanyi, “Aku mengasihi engkau Yesus, dengan segenap hatiku…” tetapi kemudian lagunya, diubah: “Kurenungkan fiman-Mu siang dan malam (kalau lagi diingat), kupegang p’rintah-Mu dan kulakukan (kalua kusuka), Engkau tahu ya Tuhan tujuan hidupku, hanyalah untuk menyenangkan hati-Mu (setelah hatiku).” Hari ini pilihlah: Kita mau hidup mengikuti aturan kita sendiri, cara kita sendiri, jalan kita sendiri, keinginan kita sendiri, agenda kita sendiri, atau cara dan agenda dari Tuhan?

Pdt. Maslon Ginting

Warta Jemaat dapat diunduh pada link berikut: Momo 18 Oktober 2020