PA PERMATA, 21 September – 27 September 2025

Jangan Mencemari Tubuhmu

Tuhan Menciptakan Laki-laki dan Perempuan. Fenomena: Penyimpangan Seksual

Roma 1: 24 – 27

1:24 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka.
1:25 Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta  dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
1:26 Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
1:27 Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.

Agar PERMATA GBKP
1. Memahami dan menjelaskan tentang penyimpangan seksual yang
2. Menjaga dirinya agar tidak melakukan penyimpangan seksual yang bisa mencemari dirinya

Metode: Sharing

I. PENDAHULUAN
Meskipun GBKP telah menandaskan posisinya mengenai keberadaan LGBTQ dalam konfensi, tata gereja, dan juga katekisasi, tampaknya diskusi mengenai ragam identitas seksual (biseksual, homoseksual, lesbian, transgender) belum berhenti juga, termasuk dalam kalangan PERMATA GBKP. Secara tegas sampai hari ini, GBKP hanya memberkati perkawinan (baca: relasi) heteroseksual (beda jenis kelamin). Homoseksual tidak mendapat ruang dalam pemberkatan perkawinan di GBKP. Artinya GBKP hanya mengakui relasi seksual antara laki-laki dan perempuan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kajian dan publikasi terkait ragam identitas seksual hari ini semakin terbuka. Data memperlihatkan beberapa negara termasuk juga gereja perlahan mulai terbuka serta menerima perkawinan (relasi) mereka. Alasan mendasar yang paling sering dipakai adalah hak asasi manusia. Setiap orang berhak menentukan arah dan pilihan hidup mereka termasuk orientasi seksual. Selain itu kajian terbaru (menurut mereka), fakta biologis menegaskan kondisi orientasi seksual adalah bawaan sejak lahir yang membuat mereka harus menerima kondisi tersebut, tanpa bisa diubah. Sekarang, bagaimana Alkitab memandang fenomena tersebut? Apa pesan mendalam yang dapat diambil oleh PERMATA GBKP dalam menyikapi hal ini?

II. ISI
Jika kita menelisik teks Roma 1:22-27, sesungguhnya berakar pada ayat 18 dan memiliki relasi yang kuat sampai ayat 32. Isu utamanya adalah ketidakmauan manusia untuk menyembah Allah. Ketidakmauan ini bukan

berarti mereka tidak mengenal atau tidak mengetahui namun memilih untuk tidak menyembah. Sebab keberadaan Allah dapat dilihat dan dirasakan lewat tatanan ciptaan (20) “yang teratur” tetapi manusia memilih untuk tidak mengenal dan menyembah Allah. Keteraturan ciptaan (ay. 20) adalah kaidah
utama yang ditekankan oleh Paulus dalam memandang etika dan moral. Orang yang menyembah Allah semestinya memiliki moral dan etika yang teratur sebab mengikuti kaidah tatanan ciptaan yang sejak semula sudah teratur seperti yang diungkapkan oleh Paulus, karya Allah dalam ciptaan sempurna,
lalit dalihna nari. Dalam kaitan dengan konsep keteraturan ini, Paulus melihat semua yang tidak menyembah Allah atau memilih untuk tidak menyembah Allah berimplikasi pada laku hidup dan moralitas yang bertentangan dengan keteraturan (Bdk. 28-32). Maka berangkat dari konsep ini, kita dapat memahami bahwa akar dari ketidakteraturan hidup adalah penolakan untuk untuk menyembah Allah kendati sudah mengenal Allah.
Keputusan untuk memilih tidak menyembah Allah mendasari keinginan untuk bebas berkehendak dan melawan keteraturan yang telah menjadi natur Allah. Untuk itu rekan-rekan PERMATA GBKP perlu mengingat, setiap kali tergoda untuk tidak menyembah Allah, maka implikasi logisnya selalu bersentuhan dengan keinginan untuk bebas tanpa aturan. Biasanya ketika kita memutuskan
melawan keteraturan selalu berdampak pada etika dan moralitas. Hati-hati ketika rekan-rekan PERMATA GBKP mulai menyepelekan ibadah dan kehadiran Allah, akan berujung pada perubahan moralitas juga.

Hukuman Allah?
Jika keteraturan adalah karakter Allah, maka pada bagian ini Paulus juga menegaskan penyimpangan seksual juga melawan karakter yang sudah ditetapkan Allah. Sebab kata kunci untuk memahami bagian ini (26-27) frasa φυσικήν χρήσιν εἰς την παρά φύσιν (against nature) atau “menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.” Persetubuhan yang wajar (natural: xprov) mengimplikasikan hubungan seksual laki-laki dan perempuan yang merupakan bagian dari hukum dan tatanan alam. Hal ini juga menyangkut nasihat Paulus dalam konteks yang lebih luas mengenai murka Allah kepada orang-orang yang tidak percaya yang menolak Allah (1:18-32). Kata лapa pov (against nature) mengacu kepada tatanan ciptaan yang sudah ditetapkan oleh Allah seperti yang direkam dalam kitab Kejadian. Paulus mengecam keras aktivitas penyimpangan seksual atas dasar alasan apapun. Homoseksual merupakan indikatif dari nafsu atau keinginan daging dan merupakan dosa di Mata Tuhan. Ini merupakan indikasi lebih lanjut mengenai ketidakbenaran yang merajalela, bukan hanya mencakup homoseksualitas tetapi juga imoralitas seksual secara umum, kejahatan, keserakahan, dengki, pembunuhan, dll. Mereka yang melakukan itu, pantas dihukum mati kata Paulus (29-32). Dengan demikian gagasan modern tentang, pembenaran orientasi dan penyimpangan seksual tidak menemukan dasar apa pun dalam surat-surat Paulus. Bagi Paulus sudah jelas: para pelaku tindakan semacam itu tidak mendapat bagian dari kerajaan Tuhan.

Paulus memulai bagian ini tadi dengan, erkiteken si e ipelepas Dibata ia nehken sura-surana si njuruken e (26). Bahasa Indonesia “Allah menyerahkan mereka kepada kepada hawa nafsu yang memalukan. Secara logika dari struktur kalimat mulai dari ayat 18, kondisi penyimpangan seksual ini tadi berangkat dari keinginan untuk bebas dan secara sadar memilih tidak menyembah Allah. Sebagai akibatnya, Allah membiarkan mereka kepada nafsu yang memalukan itu. Maka pada titik ini kita paham, hukuman Tuhan bukan saat kehancuran dari tindakan penyimpangan seksual di kemudian hari. Di titik ia memutuskan untuk tidak menyembah Allah dan melawan keteraturan, di titik itu hukuman sudah dimulai. Hadirnya nafsu yang tidak wajar itu sendiri merupakan hukuman dari Allah, sebab dasarnya tadi adalah Allah membiarkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan.

III. APLIKASI
Maka dari sini, rekan-rekan PERMATA GBKP semestinya berhati-hati untuk bersikap. Kebebasan berpikir dalam menentukan pilihan hidup di zaman pasca modern ini tidak seharusnya menggeser pentingnya posisi Allah dalam hidup kita. Ketika posisi Allah mulai tergeser dan kita merasa berhak menentukan arah dan orientasi hidup, maka kita akan tergoda untuk melawan keteraturan yang telah
ditetapkan di semesta ini. Relasi seksual dalam iman Kristen hanya bisa dilakukan dalam mahligai rumah tangga. Di luar itu melawan kodrat dan tatanan yang Allah telah tetapkan. Lebih lanjut penyimpangan orientasi atas alasan apapun seperti yang sudah kita amati bersama, tidak menemukan dasarnya dalam Alkitab. Homoseksual dan ragam orientasi yang lain secara tegas adalah bagian dari perlawanan atas ketetapan yang sudah ditetapkan Allah sejak semula.

IV. METODE: Sharing
Kehadiran nafsu seksual di dalam diri adalah hal yang lumrah. Hal yang tidak lumrah adalah mengikuti dan memberi diri dikendalikan olehnya. Jika ada rekan-rekan yang berkenan untuk sharing tips atau langkah-langkah yang pernah mereka lakukan untuk mengendalikan jeratan nafsu seksual mereka. Silahkan share tips yang bisa sama-sama dilakukan dalam menjaga kekudusan seksualnya.

V. USULAN LAGU
Selidiki Aku, Lihat hatiku

Pdt. Raharja Sembiring, M. Th
Pendeta Studi Lanjut S3 Teologia