PA PERMATA, 13 – 19 Juli 2025

Hospitalitas

Efesus 4:32

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Keramah-Tamahan

Agar PERMATA GBKP
1. Memahami dan menjelaskan tentang keramahtamahan adalah wujud nyata dari hidup manusia yang baru
2. Hidup dengan ramah (keramahtamahan)

Metode: Aksi (menyapa orang baru, mendengarkan dengan empati, membantu)

I. PENDAHULUAN

Hospitalitas, mungkin sering kita dengar di dunia dunia pariwisata dalam era modern ini. Namun konsep ini begitu lekat dan berperan penting dalam sejarah dan proses pernyataan kasih TUHAN Allah Israel bagi dunia ini. Dimulai dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, sampai pada sejarah gereja mula-mula, konsep ini dipraktekkan dan berkembang sesuai dengan konteks yang ada pada saat itu. Hospitalitas Kristiani secara sederhana berbicara mengenai tindakan kita sebagai orang percaya dalam menyahabati orang asing! Adalah hal yang mudah bagi kita untuk mengasihi sesama kita, melainkan tidaklah mudah untuk mengasihi orang yang berbeda dengan kita, yaitu orang asing! Walaupun dalam Alkitab dapat kita temukan hukum tentang mengasihi sesama, namun sesungguhnya ada begitu banyak
pengajaran dan perintah dari Allah bagi kita untuk mengasihi atan menyahabati orang asing. Sama seperti orang Israel yang adalah orang asing di tanah pembuangan, begitu pula semangat yang lahir dari keadaan yang mereka alami sendiri ini dihayati dan dipraktekkan! Pada zaman Yesus, konsep ini berkembang semakin luas dalam prakteknya. Makna ‘orang asing menjadi semakin luas dan mengarah kepada mereka yang terkucilkan secara sosial dalam masyarakat.

II. ISI

Dalam nas Efesus 4: 32 Ini adalah sebuah surat Perintah Kepada semua orang untuk menunjukkan keramahtamahan kepada semua orang. Secara harfiah keramahtamahan adalah kesedian, menerima dan menyambut tamu dalam rumah kita. Dalam hal ini Paulus memberikan perintah yang bersifat ajakan kepada ajakan kepada jemaatnya, Tetapi hendaklah, kata “tetapi” yang diungkapkan oleh Paulus memiliki makna penting bagi jemaat, dimana Paulus sedang mengarahkantentang konsep Kekristenan yang dijalankan oleh jemaat Efesus. Dimana Kata “tetapi” memberikan satu arahan yang jelas tentang
tindakan yang telah dilakukan oleh jemaat Efesus. Pada bagian selanjutnya kata “hendaklah” memberikan arahan yang jelas kepada jemaat yang seharusnya jemaat lakukan sebagai orang percaya.

Pada point yang berikutnya kita bísa melihat perintah ajaran Paulus yang menekankan “penuh dan mengampuni” ini menunjukkan sebuah tindakan yang harus dilakukan orang yang telah percaya kepada Yesus. Paulus memahami betul bahwa jemaat sangat sulit untuk mengampuni. Kata mengampuni menggunakan kata “Charizomai” mengampuni atau melepaskan “memperlakukan dengan murah hati”, dimana adalah sikap yang sungguh sungguh mengampuni kesalahan orang lain. Ini menujukan kekuatan kasih ajaran Kekristenan itu sendiri. Paulus menempatkan dua porsi dasar ajaran yang benar, dimana belas kasih itu terlihat yang bisa tampak dari sikap hati.

Dua pola keramahan Kristen diberikan kepada kita di ayat itu. Pertama adalah pengampunan Allah. Kedua adalah kasih Kristus.

Yang pertama kita lihat di ayat 32: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” Jadi apabila keramahan meminta pengampunan, polanya adalah pengampunan Allah di dalam Kristus.

Yang kita bisa lihat dari kedua pola keramahan ini kepada kita tentang ramah seorang terhadap yang lain. Ada empat hal yang bisa kita lihat dari Pola pengampunan.
1. Pengampunan melihat dosa dan mengidentifikasinya, kemudian menutupinya. Allah mengampuni apa yang Ia benci. Ketika saya memanggil seorang pria baru-baru ini untuk meminta maaf atas sesuatu yang telah saya katakan dan meminta maaf darinya, ia tidak mengatakan, “Tidak ada bedanya.” Atau: “Aku tidak mendengarnya.” Ia mengatakan dengan tulus dan hangat, “Sudah dimaafkan dan dilupakan.” Dan saya mendapat kesan mendalam bahwa ia bersungguhsungguh mengatakannya.
2. Pengampunan Allah mencakup penyelesaian masalah dan demikian juga kita. Setiap dosa yang pernah dilakukan akan mendapat hukuman setimpal-baik di neraka maupun di atas kayu salib. Allah tidak pernah menyapu satu kebohongan kecil ke bawah karpet. Orang selalu membayar. Jadi ketika keramahan meminta kita untuk memaafkan kesalahan yang dilakukan kepada kita, kita ditopang oleh kebenaran kekudusan Allah. Kesalahan itu akan diatasi dengan: baik orang yang melakukannya kepada kita pada akhirnya akan percaya kepada Kristu di mana kesalahan yang mereka lakukan dihukum dalam kemarahan yang ditimpakan kepada Kristus ketika Tuhan menanggung kesalahan kita semua (Yesaya 53:4-6); atau orang yang melakukan kesalahan kepada kita pada akhirnya tidak akan percaya kepada Kristus, di mana kesalahan yang mereka lakukan akan dihukum dalam penderitaan neraka. Dan dalam kedua kasus kita tidak boleh takut mengampuni seakan-akan tidak ada penyelesaian di dunia ini.
3. Pengampunan Allah mahal dan demikian juga pengampunan kita. Harganya adalah Anak-Nya. Dan harga pengampunan kita adalah manisnya balas dendam dan kesenangan menikmati kebencian dan kebanggaan superioritas.
4. Pengampunan Allah nyata dan demikianlah harusnya pengampunan kita. Tidak ada kepalsuan di dalamnya. Ketika la mengampuni, kita benar-benar dipulihkan. Tidak ada yang tertahan dí kepala kita yang akan mengintimidasi kita kemudian. Semuanya sirna. “Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita” (Mazmur 103:12). Jadi kita tidak memenuhi standar pola ilahi kita jika kita mengampuni kesalahan namun diam-diam menyimpannya dalam pikiran kita untuk kemudian diingat-ingat. Jika kita mengampuni, marilah kita mengampuni seperti Allah di dalam Kristus mengampuni kita.

Yesus tidak hanya mengkarakterkan dirinya sebagai penerima hospitalitas dari Allah, tapi Yesus sejak awal selalu menerima hospitalitas dari yang lain. Kelahiran Yesus hingga kematiannya memperlihatkan kehidupan Yesus sebagai penerima keramahtamahan. Yesus dalam keramahtamahannya juga memberitakan dan memerankan lewat Roh Kudus keramahtamahan Allah yang menebus. Penerima hospitalitas sendiri bukan pemimpin agama tetapi orang-orang miskin dan tertindas. Yesus mematahkan aturan-aturan hospitalitas yang berlaku di waktu itu dan menetapkan lewat Roh Kudus hospitalitas Kerajaan Allah yang terbuka bagi siapa saja. Tidak hanya perempuan, anak-anak dan budak, tetapi juga orang-orang cacat (Luk. 14:21). 17 Motif pelayanan keramahtamahan Yesus yang terakhir menurut Yong jelas dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37). Yesus menunjukkan orang Samaria yang menggenapi hukum dengan mengasihi sesamanya sehingga dapat dikatakan ia juga turut melakukan keramahtamahan ilahi. Jika orang Samaria adalah orang bukan Yahudi maka dengan demikian orang beragama lain juga dapat memanifestasikan keramahtamahan Allah melalui keramahtamahan yang dilakukan bagi sesama mereka termasuk kepada orang Kristen. Perwujudan keramahtamahan pada masa ini sangat jelas dialami oleh Paulus dalam pelayanannya. Paulus menerima keramahtamahan itu dari orang-orang yang membantu dirinyа lepas dari kejaran musuh-musuhnya. Semakin jelas dalam perjalanan pelayanannya yang melintasi pulau-pulau hingga ke tempat-tempat yang paling jauh, Paulus sangat bergantung pada keramahtamahan orang lain. Tergambar jelas dalam surat-suratnya ketika ia menerima keramahtamahan dari Lidia, Penjaga penjara di Filipi, dan Filipus di Kaisarea. Sama seperti Yesus yang tidak hanya menerima tapi juga menyalurkan keramahtamahan Allah, Paulus juga turut menyalurkan keramahtamahan Allah dengan
menerima dan berbagai dengan sesama (Kis 27; 28:23-30). Bukan hanya tergambar dalam diri Paulus namun keramahtamahan juga menjadi bagian dari hidup gereja abad pertama. Rumah mereka yang selalu terbuka dan berbagi dengan sesama.

III. АРLIKASI

Keramahan Kristen bukan semata perubahan luar tingkah laku; keramahan Kristen merupakan perubahan dalam hati. Ayat 32 berkata, “Hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,..” Keramahan Kristen berhati lembut. Jika hati keras dí dalam dan tingkah laku lembut dan sopan serta berguna di luar, itu bukanlah keramahan Kristus. Kita belajar dari melalui kehadiran Yesus diterima oleh orang yang mendengar tentang Dia, bahkan yang belum pernah mendengar Dia atau yang sama sekali tidak mengetahu Dia. Kehadirannya mengajarkan keteladanan bagi setiap orang. Keteladanan Yesus mampu berinteraksi kepada semua orang dan membangun perasaan yang sangat bermakna itu menjadi tanda ataupun sikap yang melekat bagi hidup kita sebagai pengikut kristus. Pola komunikasi yang dibangun semata mata menunjukkan, Pengampunan, keselamatan dan kerajaan Allah di dunia ini harus menjadi tanggung jawab PERMATA GBKP secara bersama. Oleh karena itu kita bekerja sama mengelola sikap keramahtamahan Yesus yang menyejukkan hati kita melalui firmannya. Paulus mengajarkan teladan yang benar dalam mengikut Yesus. Terutama dalam mengikut Yesus, terutama dalam membangun sikap yang ramah dan pengampunan Dosa. Karena sekarang ini banyak manusia yang sudah merusak gambar dirinya. Maka yang seharusnya dilakukan adalah, harus menunjukkan terang kebenaran, melalui sikap yang benar. Apabila keramahan dan kerendahan hati saling menggenapi dalam kehidupan sehari, maka kebaikan selalu kita akan kita rasakan dan menyegarkan jiwa.

IV. METODE
Aksi (menyapa orang baru, mendengarkan dengan empati, membantu)

V. USULAN LAGU
Kukasihi Kau dengan Kasih Tuhan

Dikba Foneru Barus, M.Th
(Komisi Teologia PERMATA GBKР)