Khotbah Minggu 10 Febuari 2019

“Tuhan Mengetahui Segala Perbuatan Kita”

Wahyu 3:1-6

Kepada jemaat di Sardis

3:1 “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!
3:2 Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
3:3Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.
3:4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
3:5 Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.
3:6 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”

Hidup rohani Kristen tidaklah statis apalagi mundur namun bergerak dengan dinamis, yaitu hidup terus bertumbuh dan maju. Dalam pertumbuhan ini rohani kita secara terus menerus diubah dan dibentuk menjadi serupa dengan Kristus. Sama seperti perkembangan seorang bayi,  ia  harus dijaga, dirawat dan diberi makan makanan bergiji secara teratur supaya bertumbuh, demikian juga terhadap rohani kita. Jadi untuk dapat bertumbuh dalam Tuhan, asupan makanan rohani kita pun harus teratur dan cukup, yakni dengan membaca Firman Tuhan dan berdoa, mengikuti Ibadah dan mendengar firman Tuhan, melakukan pendalaman Firman di Gereja, dan kegiatan rohani lainnya. Inilah kunci pertumbuhan  iman.

Rasul Rohanes memperingatkan jemaat di Sardis bahwa perbuatan dan sikap hidup mereka sangat menjijikkan dimata Tuhan. Mereka seperti tengkorak hidup yaitu dengan mengatakan, engkau memang masih hidup, tapi sebenarnya sudah mati. Mengapa? Karena hidup rohaninya telah melen-ceng dari prilaku hidup beriman, dipengaruhi, dikuasai oleh nafsu dan kesemarakan duniawi. Karena itu jemaat ini harus kembali bertobat, yaitu dengan meninggalkan semua hal-hal yang jahat dimata Tuhan. Kota Sardis dikelilingi gunung batu yang curam, dilapis dengan benteng menjulang tinggi dan kokoh.  Siapapun tidak  mungkin mengalahkannya, karena mereka percaya atas kekuatan yang dipersiapkan oleh karena itu mereka hidup bersenang-senang dalam kenikmatan duniawi. Namun mereka dikejutkan melalui serangan raja Koresy dan memporak porandakannya. Apa yang telah dialami oleh sejarah hidup Sardis, menjadi peringatan keras atas hidup dan iman mereka bahwa  senantiasalah hidup dengan berjaga-jaga sebab, kedatangan Tuhan seperti datangnya pencuri (iba-tiba, dan tidak tau kapan waktunya). Dengan kata lain barangsiapa  yang berhasil mempertahankan iman dalam hidupnya dan mampu memenangkan pertarungan imannya sampai akhir maka Allah akan memberikan kemenangan sejati, yaitu hidup kekal, sebab nama-nama mereka akan dituliskan dalam kitab-kitab kehidupan.

Orang yang bertobat selalu memperhatikan pertumbuhan imannya, dan ada empat  yang akan berubah yaitu perubahan pikiran (change of mind), perubahan hati (change of heart), perubahan hidup (change of mind), dan perubahan kasih sayang (change of affection).  Kita akan mengarahkan atau memfokuskan pikiran, hati, hidup dan kasih, bukanlah kepada “hal-hal yang kelihatan” atau “hal-hal duniawi” yang bersifat sementara, namun kepada “hal-hal yang tidak kelihatan” atau “hal-hal rohani” atau  “hal-hal sorgawi” yang “bersifat kekal.” Ini adalah keputusan yang paling penting dalam sepanjang hidup kita. Jangan memperjudikan jiwa Anda, karena Anda tidak tahu kapan pintu pertobatan masih terbuka bagi Anda. Mungkin pintu pertobatan sudah ditutup besok dan jika demikian kita telah mengambil resiko yang sudah pasti membawa kita ke Neraka, jika hari ini Anda tidak mau bertobat. Renungan: Janganlah menunda-nunda apalagi mempermainkan waktu dan kesempatan yang diberikan Tuhan dengan sia-sia, sebab kedatangan dan panggilan Tuhan seperti seorang pencuri. Karena itu tetaplah dalam perertobatan dan bertumbuhlah dalam iman. (Pdt. Maslon Ginting).